Bagaimana Islam Mengarahkan Pergaulan Remaja
Bila kita berbicara
tentang pemuda (remaja termasuk), maka Al Qur’an telah menyebut banyak
kisahnya. Ada pemuda Yusuf a.s., pemuda Al Kahfi, pemuda Sulaiman dan banyak
kisah lain yang cemerlang. Atau dalam sirah maka kita bisa temukan banyak
pemuda yang menjadi sahabat Rasul, seperti Mus’ab bin Umair, Usamah bin Zaid
atau Hasan-Husein bin Ali dari Ahlul Bait. Di kalangan pemudi kita bisa lihat Aisyah
dan Fatimah dari Keluarga Rasul atau Khaulah yang menunjukkan sisi
kepahlawanannya dengan ikut berjuang di jalan Allah, dan banyak lagi lainnya.
Artinya, Islam menganggap pemuda (selanjutnya pemudi masuk ke dalamnya)
merupakan aset potensial yang ikut menentukan arah masa depan. Bila pemuda
dalam suatu masyarakat tergolong baik, maka dapat dipastikan masyarakat
tersebut baik, demikian pula sebaliknya.
Tugas berat yang disandang
pemuda dapat kita rumuskan sebagai berikut :
1.
Sebagai
penyambung generasi kaum beriman (QS.52:21, 25:74)
2.
Sebagai
pengganti orang-orang yang beriman yang telah terjadi degradasi iman (QS.5:54)
3.
Sebagai reformer spiritual terhadap kaum yang
telah menyimpang dari agama (QS.5:104)
4.
Sebagai
unsur perbaikan (QS.18:13-14)
Hanya sayangnya,
kebanyakan pemuda tidak memahami tugas berat ini karena lemahnya pemahaman
terhadap Islam yang syamil dam mutakamil. Suatu hal yang ironis,
dikarenakan banyak tugas berat yang tidak mereka sadari karena ketidak pahaman
atas makna dasar kehidupan ini. Seperti dari mana mereka berasal, untuk apa
diciptakan dan akan bagaimana mereka hidup. Jarang jawaban yang dapat kita
ambil dari mereka saat ditanya siapa idolanya, yang menjawab tokoh-tokoh
panutan umat. Tapi justru tokoh glamour yang cenderung hedonisme (keduniaan)
seperti artis, atlit -lah yang kebanyakan mereka agung-agungkan dan dijadikan
teladan hidup.
Satu masalah yang perlu
mendapat perhatian serius adalah bebasnya hubungan antar jenis diantara pemuda
yang nantinya menjadi tonggak pembaharuan. Islam sangat memperhatikan masalah
ini dan banyak memberikan rambu-rambu untuk bisa berhati-hati dalam melewati
masa muda. Suatu masa yang akan ditanya Allah di hari kiamat diantara empat masa
kehidupan di dunia ini. Kita bisa memahami hakikat pergaulan dalam Islam dengan melihat Al Qur’an :
“Janganlah kamu mendekati
zina, sesungguhnya zina itu perbuatan yang keji dan seburuk-buruknya jalan” (QS.17:32). Dan, kita bisa memahami rambu-rambu Ilahiah seperti
berikut ini :
1. Rambu hati, didasarkan hadits shahih Bukhari :
“Zina itu banyak
cabangnya, yaitu zina hati, mata, dan telinga, dan alat kelaminlah yang akan
membuktikan apakah berzina atau tidak”.
2. Rambu mata, didasarkan pada hadits shahih Bukhari “
“Apabila seseorang
memalingkan pandangannya pada wanita (lawan jenis;pen) yang bukan muhrimnya
karena takut kepada Allah, maka Allah akan membuat dia merasakan manisnya iman”.
Dalam An-Nur/24:30-31 ada larangan untuk mengumbar
pandangan, dan hadits lewat Imam Ali :
Hai Ali, hanya dijadikan halal bagimu pandangan yang pertama”(Bukhari).
3. Rambu telinga, adanya larangan
untuk mendengar perkataan-perkataan yang tidak senonoh dan jorok.
4. Rambu tangan, wujudnya dengan martubasi
dan bersalaman atau menyentuh lawan jenis yang bukan muhrimnya. Didasarkan pada
hadits :
“Lebih baik
seseorang menggenggam bara api (babi, di lain riwayat) atau ditombak dari
duburnya hingga menembus kepala daripada menyentuh wanita yang bukan muhrimnya.”
Rasullullah
selama hidupnya tidak pernah menyentuh wanita yang bukan muhrimnya, hanya
mengucapkan salam.
5. Rambu kaki, larangan untuk
melangkahkan kaki ke tempat-tempat maksiat atau tempat dimana terjadi pembauran
laki-laki wanita yang tidak dikehendaki dalam Islam. Khusus wanita dilarang
menghentakkan kaki dengan maksud memperlihatkan perhiasan (An-Nur/24:31).
6. Rambu suara, dasarnya surat
Al-Ahzab/33:32 :
“Hai isteri-isteri
Nabi, tiadalah kamu seperti salah seorang dari perempuan-perempuan itu jika
kamu bertakwa, maka janganlah kamu terlalu lembut dalam berbicara sehingga
tertariklah orang yang di hatinya ada penyakit (keinginan), dan ucapkanlah
perkataan yang baik.
Ayat ini tentu tidak hanya
ditujukan buat isteri Rasul semata. Untuk itu kita perlu berhati-hati terhadap
suara yang mendayu, mendesah, merayu seperti sering dieksploitasi media massa.
7. Rambu seluruh tubuh, dasarnya
An-Nur/24:1, 31, Al-Ahzab/33:59).
“Hai nabi,
katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan perempuan-perempuan
mukmin, ‘Hendaklah mereka itu memakai jilbab atas dirinya.’ Yang demikian itu
supaya mereka mudah dikenal, maka mereka tidak diganggu. Dan Allah adalah Maha
Pengampunlagi Maha Penyayang”.
Ayat di atas mewajibkan kita untuk menutup seluruh tubuh kecuali muka
dan telapak tangan, kecuali muhrimnya. Sementara untuk pria auratnya adalan
antara pusar dengan lututsumber: https://sbektiistiyanto.files.wordpress.com/2008/02/remaja.doc
0 komentar:
Posting Komentar